BLITAR – Angka kematian ibu hamil dan bayi di Kabupaten Malang menurun selama 2016. Namun, angka kematian bayi dan ibu hamil masih cukup tinggi.
Penyebab kasus ini terjadi didominasi faktor pre eklamsi berat atau keracunan kehamilan serta pendarahan.
Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar menyebutkan sebanyak 182 bayi meninggal dunia saat dilahirkan pada 2015. Sedangkan jumlah ibu yang meninggal dunia pada tahun yang sama sebanyak 17 orang.
Angkanya menurun selama 2016. Terdapat 160 bayi meninggal dunia, dan 12 ibu meninggal dunia.
Baca juga: Ibu Hamil Mau Melahirkan Nggak Dapat Angkutan ke RSUD Rembang, Akhirnya . . .
Kasi Kesehatan Keluarga Dinkes Kabupaten Blitar, Yuliati mengatakan kasus seperti itu mayoritas terjadi di Blitar selatan atau Kecamatan Kademangan, dan Kecamatan Bakung. Sebab, kesadaran ibu-ibu memeriksakan kesehatannya di dua daerah itu masih rendah. Jauhnya rumah dengan tempat bidan atau puskesmas diduga menjadi penyebab.
“Kami sudah beberapa kali menyarankan agar mereka rutin kontrol, meskipun hanya sekali,” kata Yuliati, Minggu (1/1/2017).
Selain rutin kontrol kandungan, ibu hamil juga harus rutin kontrol gigi. Jika gigi ibu hamil berlubang, maka janin rawan kena berbagai penyakit, seperti penyakit kuning (gangguan fungsi liver pada bayi).
Baca juga: Resolusi Hamil 2017: Tanda Kehamilan Selain Telat Datang Bulan
“Seperti sisa makanan yang mengendap di gigi ibunya. Itu sangat berdampak pada kondisi janin. Ibu-ibu harus menjaga giginya jangan sampai berlubang saat hamil,” ungkapnya.
Dia juga menyarankan ibu hamil melakukan tes darah di laboratorium. Tujuannya, agar tahu bahwa ibu itu tak kena Aids.
“Ibu juga harus memeriksakan gizi. Maksudnya, makanan yang dikonsumsi selama hamil itu terpenuhi atau tidak, seperti vitamin A B C D. Jika semua terpenuhi, sangat kecil kemungkinan terjadinya kematian ibu dan anak,” ujarnya.
Sumber: suryamalang.tribunnews.com